18 Bulan Selesai, Iriawan Canangkan Pembangunan TPPAS Regional Lulut-Nambo

Mitrapolisi/
BANDUNG – Pemda Provinsi Jawa Barat secara resmi mencanangkan pembangunan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Lulut-Nambo di Kecamatan Klapanungggal, Kabupaten Bogor. Penjabat Gubernur Jawa Barat H. Mochamad Iriawan menandatangani prasasti pencanangan tersebut di Gedung Sate, Jl. Diponegoro Kota Bandung, Selasa (4/9/18).
Setelah pencanangan ini, Iriawan berharap proses pembangunan TPPAS segera dilakukan. Ditargetkan pembangunan akan selesai dalam waktu 18 bulan. “Targetnya tadi disampaikan oleh pemenang lelang, yaitu 18 bulan (proses pembangunan). Tolong ini diawasi,” pinta Iriawan ditemui usai acara pencanangan.
“Saya mau segera karena sudah banyak sampah menumpuk di wilayah Metropolitan Bogor dan sekitarnya. Baik itu Depok, kemudian juga Tangerang Selatan yang meminta bantuan ke kita untuk bisa memproses sampah yang ada di Tangerang Selatan,” tambahnya.
Hal ini sebagai wujud komitmen Pemda Provinsi Jawa Barat dalam melakukan pengelolaan sampah dengan baik. Terlebih lagi proses pengolahan dan pemrosesan sampah ini akan ramah lingkungan dengan dukungan teknologi.
“Luar biasa sekarang, dulu sampah menjadi masalah besar sekarang bisa jadi uang kemudian bisa diproses lalu menjadi energi,” ujar Iriawan dalam sambutannya di acara pencanangan.
TPPAS Regional Lulut-Nambo mulai direncanakan pada 2002 melalui kajian Jabodetabek Waste Management Corporation (JWMC). Ini diprakarsai oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum. Pemda Provinsi Jawa Barat kemudian menindaklanjutinya melalui penyusunan dokumen perencanaan, meliputi studi kelayakan, desain perencanaan rinci (DED), analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal), serta dokumen pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa sekitar lokasi TPPAS.
TPPAS yang terletak di Desa Lulut dan Desa Nambo ini akan memproses sampah dari wilayah Kabupaten dan Kota Bogor, serta Kota Depok dengan kapasitas operasi sebanyak 1.500 ton/hari. Pada awal tahun ini, Pemerintah Kota Tangerang Selatan pun menyatakan akan turut memanfaatkan TPPAS Regional Lulut-Nambo, sehingga kapasitas pengolahan meningkat menjadi 1.800 ton/hari.
Pembangunan TPPAS ini telah selesai dilakukan untuk tahap pembangunan infrastruktur dasar dengan biaya APBN, meliputi pembangunan sanitary landfill dan ipal. Pembangunan sarana dan prasarana penunjang masih terus dilaksanakan secara bertahap sesuai alokasi yang tersedia dalam APBD Pemda Provinsi Jawa Barat. Diantaranya meliputi pembangunan jalan akses dan jalan operasi, serta pembangunan pagar dan pintu gerbang.
Pembangunan instalasi pengolahan sampah ini dilakukan melalui mekanisme Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dengan badan usaha pemenang lelang, yaitu PT Jabar Bersih Lestari (JBL). Pemilihan mitra kerja sama ini dilakukan secara transparan dan akuntabel, sehingga diperoleh badan usaha yang benar-benar mampu secara finansial, mempunyai kompetensi teknis dan teknologi handal, serta aman bagi lingkungan.
Pengolahan sampah akan mengadopsi teknologi mechanical biological treatment (MBT). Dimana sampah diolah untuk menghasilkan bahan bakar alternatif pengganti batu bara atau lazim disebut refuse derived fuel (RDF) yang digunakan oleh industri semen. Apabila proses pembangunan berjalan lancar, TPPAS Regional Lulut-Nambo dapat dioperasikan secara penuh pada pertengahan 2020.
Direktur Utama PT Jabar Bersih Lestari Mr. Do Yun Yu mengatakan, apabila TPPAS ini berhasil beroperasi akan menjadi proyek RDF pertama di Indonesia. Karena RDF merupakan bahan bakar ramah lingkungan berupa batu bara hijau.
“Ini akan menjadi proyek RDF pertama di Indonesia dan diharapkan akan menjadi model yang baik bagi pengelolaan limbah di Indonesia, serta negara-negara lain di Asia Tenggara,” harap Do Yun Yu.
Sebagai Perwakilan dari PT JBL, Do Yun Yu berjanji akan membuat proyek sampah ini berhasil. “Saya berjanji akan berupaya semaksimal mungkin untuk memastikan proyek berhasil dilaksanakan dengan ramah lingkungan, higienis, dan selaras dengan masyarakat,” ujar Do Yun Yu dalam sambutannya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Kristian Kartawijaya menyambut baik proyek TPPAS ini. Menurutnya, proyek sampah Lulut-Nambo memiliki nilai strategis karena dari sampah rumah tangga bisa menjadi sumber energi. Ini adalah sejarah baru bagi Indonesia.
“Sampah rumah tangga yang dihasilkan setiap hari, bahwa plastik adalah masalah yang memusingkan. Tapi dengan teknologi ini plastik pun bisa kita makan. Jadi plastik-plastik yang ditakuti oleh negara ini bisa menjadi sumber bahan bakar,” ungkap Kristian.
Selain itu, lanjut Kristian, hasil pengolahan sampahnya yaitu RDF yang bisa mengurangi karbon dari industri semen. Dia pun berujar proyek ini diharapkan bisa menjadi proyek percontohan pengelolaan sampah bagi daerah lain di Indonesia.
“Kami percaya ini akan menjadi energi yang lebih ramah lingkungan, terbarukan, serta mengurangi emisi karbon bagi indutri semen itu sendiri,” pungkas Kristian.
Pencanangan Jalan Tol NS-Link Bandung
Selain mencanangkan pembangunan TPPAS Regional Lulut-Nambo, pada kesempatan ini Iriawan juga mencanangkan pengembangan Jalan Tol North South (NS)-Link dalam Kota Bandung. Tol ini untuk mengurai kepadatan di Kota Bandung, serta melengkapi konsep pengembangan jaringan Jalan Tol Kota Bandung terutama pada area dalam kota.
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat bersama mitra strategis, pemilik konsesi Jalan Tol Soreang-Pasirkoja, yakni PT Citra Marga Lintas Jabar dan BUMD PT Jasa Sarana telah melakukan kajian internal. Jalan tol ini akan memberikan alternatif agar dapat mengakomodir pergerakan kendaraan atau lalu lintas dari dan ke pusat Kota Bandung, kawasan wisata dan residensial, sehingga berdampak positif pada peningkatan ekonomi wilayah perkotaan.
Pj. Gubernur Jawa Barat H. Mochamad Iriawan bersama Direktur PT Citra Marga Lintas Jabar Agus Winarso dan Harangan P Sianipar dan Direktur Utama PT Jasa Sarana Dyah SH Wahjusari menandatangani Nota Kesepahaman tentang Pencanangan Pengembangan Jalan Tol NS-Link Bandung ini.
Iriawan mengatakan bahwa pihaknya secara langsung telah menghubungi Kementerian PUPR terkait progres pembangunan proyek tol ini. Hingga saat ini proses pengkajiannya sudah dilakukan oleh Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR.
“Semua sudah kami lakukan, saya sudah telepon Pak Menteri PUPR kebetulan direspon langsung dan sudah turun ke Dirjen Bina Marga, tentunya ada pengkajian,” kata Iriawan ditemui usai acara pencanangan.
“Saya ingin ini supaya betul-betul terlaksana. Karena, pertama untuk mengurai kemacetan dan kedua, akan ada ikon Kota Bandung yang cukup bagus,” lanjutnya.
Direktur Utama PT Jasa Sarana Dyah SH Wahjusari menuturkan NS-Link hadir sebagai solusi di Kota Bandung. Jalan Tol Dalam Kota sepanjang 14,30 km akan berdiri diatas luas tanah 75.000 meter persegi.
Proses pembangunan akan terbagi tiga seksi, yaitu Seksi I Pasirkoja – Mohamad Toha sepanjang 7,60 km, Seksi II Mohamad Toha – Gatot Subroto 3,60 km, dan Seksi III Gatot Subroto – Surapati 3,10 km. Total investment cost proyek ini mencapai Rp 8,491 Triliun dengan target konstruksi pada Triwulan IV 2019.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *