Ridwan Kamil, Apresiasi Kodam III/Siliwangi TNI AD Terkait Citarum Harum

Mitrapolisi/KAB. BANDUNG — Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengapresiasi Kodam III/Siliwangi TNI Angkatan Darat yang ikut menanggulangi pencemaran lingkungan di Sungai Citarum melalui program Citarum Harum.
Emil –begitu Ridwan Kamil disapa– optimis kerja sama Pentahelix bersama TNI untuk menanggulangi kerusakan lingkungan melalui program Citarum Harum akan membawa perubahan masif untuk Sungai Citarum.
Menurut Emil, pendekatan humanis yang dilakukan TNI bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan terutama sungai.
“Saya punya optimisme kalau dengan TNI dan jajaran, perubahan begitu masif. Saya menyaksikan sendiri dulu sepanjang sungai ini banyak rumah-rumah liar, banyak kegiatan-kegiatan yang tidak beraturan,” kata Emil.
“Tapi oleh pendekatan yang humanis bukan represif, ternyata masyarakat bisa paham,” ujarnya saat menghadiri Karya Bakti & Bakti Sosial dalam rangkaian HUT ke-74 TNI di Desa Rancamanyar, Kabupaten Bandung, Sabtu (21/9/19).
Dalam acara yang dihadiri Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto itu, Emil mengatakan dirinya pernah berujar ke Presiden Joko Widodo bahwa yang dilakukan TNI untuk Citarum adalah operasi militer selain perang.
Adapun sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, Panglima Kodam III/Siliwangi bertugas sebagai Wakil Komandan Bidang Penataan Ekosistem I, di bawah komando Gubernur Jabar sebagai Komandan Satuan Tugas.
“Saya bilang ke presiden, mungkin inilah model bagaimana menertibkan kerusakan lingkungan melalui peran TNI non-perang,” ujar Emil menirukan ucapannya kepada presiden.
Emil pun mengusulkan agar model penanganan Citarum bisa diadaptasi untuk menyelesaikan persoalan lingkungan sungai di seluruh Indonesia.
Pasalnya, model kerja sama Pentahelix atau kolaborasi lima pihak yakni ABCGM (Academic, Business, Community, Government, Media) ini bisa menjadi cerminan Indonesia yang sesungguhnya.
“Saya mohon izin, apakah model Pentahelix bisa kami copy untuk jadi model penanganan sungai-sungai di seluruh Indonesia yang tercemar oleh dinamika industri, pemukiman, dan lain lain?” tanya Emil.
“Kalau Bapak Panglima TNI setuju dengan gagasan ini, kami mohon izin kita mulai di skala-kala lebih kecil, di kodim-kodim misalnya, sehingga hasilnya Indonesia akan luar biasa, sehingga inilah wajah Indonesia yang sesungguhnya,” paparnya.
Progres Citarum Harum
Adapun, kegiatan Karya Bakti dan Bakti Sosial merupakan salah satu rangkaian peringatan HUT ke-74 TNI yang jatuh tanggal 5 Oktober mendatang.
Di acara ini, terdapat kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, pembagian sembako, serta pameran lingkungan yang digelar 22 Dansektor Citarum dan berbagai pihak terkait lainnya.
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengatakan, pihaknya sengaja menggelar kegiatan tersebut di bantaran Sungai Citarum. Menurut Hadi, kondisi Sungai Citarum saat ini lebih baik dan menjadi nilai jual tinggi dari sisi pariwisata.
Hadi pun berharap Sungai Citarum akan dikenal dunia bukan lagi sebagai sungai terkotor, namun menjadi sungai yang bersih.
“Sekarang Citarum sedang menjadi sorotan. Awalnya Citarum, mohon maaf, kurang bagus. Tapi sekarang menjadi Citarum yang bagus dan memiliki nilai jual tinggi untuk pariwisata, sehingga kita memberikan perhatian khusus,” ucap Hadi.
“Mudah-mudahan dengan programnya Pak Gubernur, Citarum bisa menjadi tempat wisata, tempat penghijauan, dan memiliki daya tarik tersendiri. Sehingga bisa menginformasikan ke luar (negeri) bahwa apa yang dikatakan dulu oleh dunia bahwa Citarum itu kotor, bisa menjadi Citarum yang bersih dan bisa dinikmati bersama,” tambahnya.
Upaya pembersihan Citarum sendiri terus dilakukan hingga saat ini. Tindakan penegakan hukum juga diterapkan bagi para pencemar Citarum. Hadi pun yakin kondisi Sungai Citarum akan bersih seperti dulu.
“Tahap berikutnya adalah pembersihan, penjernihan, sekarang dibersihkan dulu, tindakan hukum dulu, setelah itu penjernihan. Nanti Insyaallah akan kembali seperti Citarum zaman nenek moyang kita dulu,” kata Hadi.
“Rencana enam tahun (penanggulangan pencemaran Sungai Citarum) ada beberapa tahap. Pembersihan sudah 40 persen (progresnya), tinggal 60 persen. Kalau kita lihat (DAS Citarum) sudah lebar, ketika musim kemarau kita keruk (sungai), ketika musim hujan airnya melimpah, sehingga (kondisi sungai) menjadi bersih nantinya,” tambahnya.
Emil pun menegaskan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi Jabar saat ini tengah mengkaji analisis kebutuhan teknologi untuk menjernihkan air Sungai Citarum. Teknologi seharga Rp300 juta ini bisa mengubah air Citarum menjadi bersih.
“Kami akan menganalisa kebutuhan. Ada teknologi Rp300 jutaan yang bisa mengkonversi air hitam menjadi air minum untuk skala 100 persen dan air mandi skala 80 persen,” ujar Emil mengakhiri.(arm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *