Mitrapolisi.co.id/KABUPATEN BANDUNG- Satuan Tugas Citarum Harum telah menuntaskan pelaksanaan Jambore Pentahelix (Jampe) di tiga segmen, mulai dari hilir, tengah, sampai hulu, yang sukses digelar di Taman Icon Sektor 8, Kp. Daraulin, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Selasa (6/12/2022).
Pada Jampe Segmen Hulu, ratusan warga sekitar DAS Citarum Sektor 8 dan juga murid SD di sekitar lokasi Jampe tampak antusias mendatangi kawasan acara, karena banyak atraksi yang bermanfaat bagi warga. Mulai dari pemilahan sampah ditukar dengan voucher belanja yang diselenggarakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Jabar, arena Citarumverse di mana warga dapat berselancar secara virtual ke titik-titik penting Sungai Citarum hingga Command Center, serta ada pembagian sembako yang menjadi daya tarik warga di sana.
Kemudian, aneka usaha UMKM warga sekitar yang memanfaatkan kehadiran massa pada acara Jampe Segmen Hulu tersebut.
Adapun yang membedakan dengan dua Jampe terdahulu, pada Jampe pamungkas tahun ini terdapat prosesi penyatuan delapan mata air Sub DAS yang ada di segmen Hulu Citarum ke dalam “Lodong Kele” oleh delapan orang tokoh masyarakat. Ke delapan Sub DAS atau anak sungai tersebut yaitu dari Cirasea, Cisangkuy, Ciwidey, Citarik, Cikeruh,Cikapundung, Cihaur, dan Ciminyak.
Pada prosesi tersebut Ketua Harian Satgas Citarum Mayjen (purn) Dedi Kusnadi Thamim turut menuangkan air dari sub DAS Citarum pada Lodong yang disaksikan juga oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jabar, Prima Mayaningtyas dan sejumlah tamu unsur pentahelix lainnya.
Staf Ahli Gubernur Jawa Barat, Siska Gerfianti yang mewakili Komandan Satgas Citarum atau Gubernur Jabar Ridwan Kamil dalam sambutannya mengharapkan Jampe menjadi ajang silahturahmi untuk bekerja sama melestarikan lingkungan terutama Citarum yang secara kasat mata juga telah terlihat perubahan-perubahan yang mencolok. Antara lain jarang terlihat ada onggokan sampah di aliran Sungai Citarum, pembuangan limbah industri tanpa pengolahan terlebih dahulu.
“Juga telah dengan cepat dapat diketahui dari perubahan warna maupun bau sehingga dapat segera diatasi, serta telah terdapat beberapa pemanfaatan Sungai Citarum dilakukan oleh masyarakat,” ucap Siska.
Menurut Siska, penyelenggaraan Jampe merupakan ajang semua stakeholder untuk berintrospeksi atas semua upaya, dan konstribusi dalam melaksanakan Renaksi PPK DAS Citarum sesuai tugas fungsi dan kewenangan masing-masing secara terintegrasi.
“Pengelolaan DAS Citarum secara pentahelix ini telah menjadi model pengelolaan DAS di Indonesia, dan perlu penguatan peran komunitas dalam kerangka _community engagement_ berupa upaya perwujudan peran serta masyarakat dan komunitas untuk bersama-sama menjaga DAS Citarum di wilayah masing-masing,” ucapnya.
Sementara itu, Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Kemenko Marves Rofi Alhanif mengatakan, dengan kondisi Citarum yang semakin membaik diharapkan dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Namun pemerintah tidak bisa mengerjakannya sendiri diperlukan keterlibatan semua unsur.
Rofi juga menyoroti Perpres 15/2018 yang akan berakhir pada 2025. Dengan sisa tiga tahun ke depan, diharapkan ada strategi yang membuat program ini terus berkelanjutan dengan lebih banyak dukungan masyarakat. Pasalnya TNI tidak bisa selamanya ada di lapangan, para komandan sektor tidak bisa selamanya mendampingi masyarakat.
“Kita harus bisa menciptakan champion-champion (penyelamat) nyata lingkungan di masyarakat, kita bisa mengajak para inohong, para budayawan, kalangan akademisi, media untuk sama-sama merumuskan Citarum ke depan, mungkin kita perlu membuat rencana aksi yang lebih komprehensif lagi dengan melibatkan semua pihak dan mengurangi peran TNI,” ucapnya.
Untuk itu, lanjut Rofi, semua harus lebih bersemangat lagi terlebih keberhasilan penanganan Citarum sudah mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak dan bukan lagi sebagai sungai terkotor di dunia.
BACA JUGA: Gempa Magnitudo 6,2 Guncang Jember
“Sekarang mereka sudah melihat dalam tiga tahun ini Citarum sudah berubah, kita jangan sampai mengulang lagi kembali ke zaman yang lama Citarum kotor lagi. Jangan sampai masuk ke lubang yang sama,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Asep Kusuma menyatakan kebanggaannya karena Jampe segmen hulu dilaksanakan di Kabupaten Bandung sebagai simbolisasi penanganan Sungai Citarum di kawasan hulu.
Selebihnya, Asep menambahkan, berbicara lingkungan sesungguhnya sedang berbicara tentang peradaban yaitu tentang perilaku manusia dalam menjaga melindungi dan mengelola lingkungan. Sehingga masalah terbesar sesungguhnya adalah bagaimana komponen pembangunan secara individu maupun secara kolektif mampu menjadi kontributor positif yang nyata dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.