Mitrapolisi.co.id/KOTA BANDUNG – Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jawa Barat (Jabar) sekaligus Sekretaris Daerah (Sekda) Jabar Setiawan Wangsaatmaja melaporkan, Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar menyesuaikan sistem kerja di lingkungan Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Jabar yang berdinas di Gedung Sate.
Hal itu, menjadi upaya peningkatan kewaspadaan terhadap penularan COVID-19 di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), terutama merujuk temuan kasus terkonfirmasi positif di Gedung Sate.
Adapun berdasarkan Surat Edaran Sekretaris Daerah Jabar Nomor: 800/117/UM tentang Penyesuaian Sistem Kerja bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Jabar, penyesuaian sistem kerja yang dimaksud yakni seluruh PNS dan non-PNS bekerja dari rumah alias work from home (WFH) mulai Kamis, 30 Juli 2020, hingga Jumat, 14 Agustus 2020.
“Hari ini memang keluar Surat Edaran Sekda bahwa kami semua bekerja dari rumah dan juga dilakukan disinfeksi terhadap ruangan-ruangan di Gedung Sate,” kata Setiawan dalam konferensi pers di Halaman Belakang Gedung Sate, Kamis (30/7/20).
Sebagai garda terdepan roda pemerintahan di Jabar, Setda Jabar selama ini telah menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Meski begitu, Setiawan tak menampik bahwa kasus positif COVID-19 di Gedung Sate menjadi pelajaran bagi pihaknya untuk terus meningkatkan kedisiplinan penerapan protokol kesehatan terutama di ruang tertutup.
“(Gedung Sate) ini tempat kerja yang telah memberlakukan secara ketat (hanya) 50 persen boleh diisi atau didatangi, lalu juga di luar (gedung) saat masuk ada disinfeksi untuk mobil atau motor, termasuk juga hand sanitizer dan tempat cuci tangan, dalam tanda kutip saja masih kecolongan (kasus positif COVID-19),” ujar Setiawan.
“Maka protokol kesehatan ini harus tetap kita jaga, harus disiplin karena selepas dari kantor bisa saja berinteraksi di tempat umum. Ini menjadi hikmah bagi kita semua, bagaimana COVID-19 ini masih ada dan kita masih harus tetap waspada. Kewaspadaan ini nomor satu dalam rangka memutus penularan,” tegasnya.
Dalam surat edaran tersebut, diumumkan juga bahwa masjid, command center, museum, kantin, dan area publik di Gedung Sate ditutup mulai 30 Juli hingga 14 Agustus mendatang.
“Yang bisa dipelajari (dari kasus positif di Gedung Sate) adalah memang ventilasi sangat penting, jaga jarak sudah pasti. Masker masih harus kita pergunakan. Dan durasi kita bertemu juga penting. Mudah-mudahan ini bisa menjadi kewaspadaan bagi siapa pun yang melihat Gedung Sate saat ini,” ujarnya.
Saat ditanya mengenai potensi menjadi klaster perkantoran, Setiawan mengatakan bahwa pihaknya tidak mau terlalu dini memastikan kasus positif di Gedung Sate sebagai klaster perkantoran di Jabar.
“Ini belum dipastikan klaster perkantoran karena Gedung Sate saat AKB cukup terbuka aksesnya. Jadi, banyak yang memang melakukan studi banding, ada tamu-tamu, dan kami melihat polanya tersebar di beberapa biro dan beberapa biro juga memiliki hubungan kerja dengan pihak lain,” ucap Setiawan.
“Kami melihat belum dapat dipastikan ini merupakan klaster. Karena kami tidak melihat (penyebaran) dalam satu pola yang seragam,” tuturnya.
40 Karyawan Gedung Sate Positif COVID-19, Jabar Fasilitasi Isolasi Mandiri*
Setiawan melaporkan, terdapat 40 karyawan di Gedung Sate atau Kantor Gubernur Jabar yang terkonfirmasi positif COVID-19 melalui uji usap (swab test) metode Polymerase Chain Reaction (PCR).
Pernyataan Setiawan tersebut mengonfirmasi kabar yang beredar di masyarakat. Hasil temuan 40 kasus positif itu didapat dari tes yang digelar Gugus Tugas Jabar di Gedung Sate pada Senin, 27 Juli 2020, terhadap PNS, non-PNS, dan para karyawan lain mulai dari petugas kebersihan hingga keamanan.
“Betul, di Gedung Sate telah ada yang terkonfirmasi positif (COVID-19) sebanyak 40 orang dan tersebar di beberapa biro,” kata Setiawan.
“40 orang terkonfirmasi positif ini terdiri dari 17 orang PNS dan 23 orang non-PNS. Bicara non-PNS, artinya bahwa ini supporting staff mulai dari pengamanan, cleaning service, dan lainnya,” tambahnya.
Berdasarkan sebaran tempat tinggal, Setiawan berujar bahwa mayoritas dari 40 kasus positif ini tinggal di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung serta beberapa lainnya di Kota Cimahi dan daerah lain.
Sementara dari rentang usia, sebanyak 40 persen dari 40 kasus positif di Gedung Sate ini berusia 31-40 tahun. Sebanyak 30 persen berada di rentang usia 20-30 tahun, serta sisanya menyebar di atas usia 50 tahun dan ada juga yang berusia 19 tahun.
Saat ini, Gugus Tugas Jabar telah meminta mereka untuk melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing. Bagi yang tidak bisa melakukan isolasi mandiri, Setiawan berujar bahwa pihaknya memfasilitasi isolasi di Pusat Isolasi Mandiri di BPSDM Jabar, Kota Cimahi.
Terhadap 40 orang terkonfirmasi positif itu, Setiawan menjelaskan, Gugus Tugas Jabar juga telah melakukan contact tracing (pelacakan kontak erat) terhadap 20 orang dari masing-masing kasus dan memfasilitasi pengetesan bagi kontak erat termasuk keluarga.
“Setelah kami tahu 40 yang terkonfirmasi positif ini, segera kami cek melalui contact tracing. Kami langsung meneliti dan menanyakan satu-satu kepada orang yang terkonfirmasi positif, dalam satu minggu terakhir bertemu dengan siapa dan di mana saja. Itu sudah terdata. Rasionya, ambil dari satu orang (positif), kami tracing 20 (orang). Ada 800 orang yang harus kita uji,” tutur Setiawan.
“Kepada kontak erat (kasus positif), ada beberapa di antaranya langsung kita lakukan pengetesan metode PCR difasilitasi di Labkesda Jabar (di Kota Bandung),” ucap Setiawan.
Sementara itu, pengetesan swab test di Gedung Sate tidak hanya dilakukan pada Senin lalu. Tes proaktif dalam rangka meningkatkan agresivitas pengetesan juga digelar di Gedung Sate pada Selasa (28/7) dan Rabu (29/7).
“Per hari ini yang kami dapatkan adalah 40 orang terkonfirmasi, itu saja. Sementara total yang dilakukan pengetesan dalam tiga hari pada 27, 28, dan 29 (Juli) adalah 1.260-an (orang),” kata Setiawan.
Setiawan pun menegaskan, pihaknya saat ini tengah menganalisis sumber penularan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 di Gedung Sate. Pasalnya, akses terhadap gedung yang juga landmark di Kota Bandung ini terbuka selama masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).
“Banyak pengunjung yang datang ke sini, bahkan ada yang studi banding ke sini, sehingga belum kita dapat pastikan bahwa sumber penularan ini dari internal atau eksternal (Gedung Sate). Saat ini kami sedang mencari tahu (karena) sumber penularannya ini bisa bermacam-macam,” tutup Setiawan.